Jumat, 25 September 2015

Softskill tugas individu 1

Lupus, bersahabatlah denganku


Hallo namaku Shinta, lengkapnya Shinta Janati Mirawanti. Kini aku beranjak 20 tahun dan saat ini aku sedang menjalani pendidikan di Universitas Gunadarma. Kalian tahu Lupus? Ya, mungkin yang kalian tahu Lupus itu sejenis judul novel atau judul film Indonesia. Tapi Lupus yang akan ku ceritakan bukanlah Lupus yang seperti itu. Flashback sedikit ya, pada saat usiaku 15 tahun aku mengalami pengalaman yang amat berharga dalam hidupku. Saat itu aku sedang mengalami masa puber nya seorang anak yang berhijrah dari sekolah SMP ke SMA, aku diterima disalah satu SMA Negeri di Jakarta tepatnya di SMA Negeri 27 Jakarta. Kegiatan SMA ku bisa dibilang cukup sibuk, senin-jumat aku sekolah dari pukul 06.30 sampai 15.00 itu belum ditambah kegiatan ekstrakulikuler. Aku mengikuti kegiatan ekstrakulikuler PMR.
Singkat cerita karena kesibukan itu aku jadi sering pusing dan demam terutama di malam hari. Ibuku setiap malam menjagaku hingga terlelap. Suatu ketika Ibuku bertanya padaku, “Shinta kenapa akhir-akhir ini kamu kelihatan pucat dan sering demam, kamu kecapekan ya”. Lalu aku menjawab, “engga kok mah engga pucat mungkin perasaan mama aja”. Tapi kenyataannya hari demi hari wajah dan tubuhku semakin pucat bahkan terlihat menguning seperti orang terkena Hepatitis. Setelah bertahan beberapa minggu akhirnya Ibuku membawa ku ke dokter umum dekat rumah. Ibu dokter yang memeriksa ku berkata, “Kok anaknya pucat sekali ya bu, coba periksa darah di lab dulu ya nanti setelah lihat hasilnya baru saya bisa memutuskan tindakan selanjutnya. Tetapi ada kemungkinan dirawat di rumah sakit”. Aku yang mendengar ucapan dokter merasa kaget dalam pikiranku, “Hah dirawat? Harus banget dirawat ya, berobat ke puskesmas atau dokter aja jarang ini sekalinya ke dokter malah disuruh rawat inap”. Hati dan pikiranku seketika kacau. Aku memikirkan sekolahku, mana pelajaran SMA susah nanti kalau ketinggalan pelajaran bagaimana. Kemudian setelah dari dokter aku langsung ke laboratorium terdekat untuk periksa darah seperti yang dianjurkan dokter. Setelah nunggu 1 – 2  jam hasil lab nya keluar dan aku langsung ke dokter lagi untuk menyerahkan hasilnya. Begitu dokter membaca hasil lab itu beliau terheran – heran bagaimana bisa kadar Hemoglobin ku menunjukkan angka yang sangat rendah hanya 4, padahal kadar Hemoglobin yang normal sebesar 12. Saat itu juga bu dokter langsung menyarankan agar aku dibawa ke rumah sakit secepatnya.
Setelah dari dokter aku pulang sebentar untuk menyiapkan pakaian dan perlengkapan lainnya untuk dibawa ke rumah sakit. Keesokan harinya aku dibawa ke rumah sakit terdekat tepatnya Rumah Sakit Islam. Tidak lama masuk ruang UGD aku langsung masuk ke ruang rawat inap. Aku ditangani oleh dokter spesialis penyakit dalam. Sampai sekarang aku ingat betul namanya dr. Cospiadi Irawan. Keesokan harinya Pak dokter memberikan sejumlah tes darah yang beruna untuk mendiagnosa keadaaanku sebenarnya. Kira-kira seminggu kemudian hasil darah ku keluar dan pak dokter segera membaca hasil lab tersebut. Hasil menunjukkan test ANA dan Anti ds-DNA ku positif dan saat itu juga aku didiagnosa dokter mengidap LUPUS. Aku bingung lupus itu jenis penyakit apa, kemudian aku mencari informasi dari dokter dan internet. Makin kaget aku begitu tahu bahwa Lupus penyakit yang cukup mengerikan. Berdasakan informasi yang aku peroleh, Lupus adalah suatu penyakit yang disebabkan karena kelebihan sistem kekebalan tubuh (imunitas) sehingga imunitas yang dimiliki penderita bukannya melindungi tubuh dari virus yang menyerang tubuh justru malah menyerang sistem organ tubuh penderita. Sistem organ tubuh yang diserang oleh lupus diantaranya, sistem peredaran darah, ginjal, hati, kulit, persendian tulang dan masih banyak lagi. Dan yang lebih mengejutkan belum ada obat yang dapat menyembuhkan Lupus, obat yang dikonsumsi penderita hanya bersifat menekan pergerakan lupus itu agar lebih tenang dan tidak menyerang organ tubuh. Lupus menyerang sistem peredaran darah tubuhku lebih tepatnya menyerang sel darah merah sehingga kadar hemoglobin tubuhku sangat rendah. Aku mengonsumsi obat Methyl Prednisolon, obat tersebut memberikan efek samping moon face (wajah bulat) pada orang yang mengonsumsinya. Karena Hemoglobin ku sangat rendah doker menyuruh ku melakukan transfusi darah sebanyak 4 kantung darah. Tetapi karena golongan darahku AB sangat sulit mendapatkan darah untukku sehingga aku hanya transfusi darah sebanyak 2 kantung darah. Setelah 9 hari menjalani rawat inap aku memaksakan diri untuk pulang ke rumah karena aku harus mengikuti UTS (Ujian Tengah Semester) di Sekolah. Tetapi aku diharuskan menjalani rawat jalan setiap bulannya.
Satu tahun kemudian keadaan mengharuskan ku kembali ke rumah sakit lagi. Berbeda dengan sebelumnya, lupus menyerang persendian tulang ku. Persendian tulang tangan dan kaki ku terasa kaku dan nyeri sampai sulit digerakkan. Yang kedua kalinya aku dirawat selama 7 hari di rumah sakit yang sama. Setelah membaik aku dokter memperbolehkan ku pulang. Hanya selang beberapa bulan aku harus ke rumah sakit lagi, tetapi saat itu aku ke rumah sakit cipto mangunkusumo. Karena kebetulan dokter Cospiadi yang menanganiku juga bertugas disana. Setelah periksa darah kadar Hemoglobin ku hanya 6 dan saat itu juga dokter memutuskan untuk transfusi darah. Aku transfusi sebanyak 2 kantung darah. Tetapi untungnya aku tidak harus rawat inap, aku hanya transfusi darah sebentar kemudian langsung pulang ke rumah lagi.
Aku harus rutin berobat jalan ke rumah sakit setiap bulan. Hingga pada tahun 2012 keadaan ku jauh lebih membaik. Dan aku memutuskan sendiri untuk tidak berobat lagi. Karena jujur saja aku capek dan jenuh kalau harus tiap bulan berobat ke rumah sakit dan biaya berobat yang tidak sedikit juga cukup menambah beban Ibuku. Bahkan aku tidak mau lagi mengonsumsi obat-obatan yang jumlahnya tidak sedikit. Alhamdulillah tahun 2012 adalah tahun terakhir aku mengunjungi rumah sakit. Sudah 3 tahun ini keadaan ku tidak pernah drop lagi.