Lupus,
bersahabatlah denganku
Hallo
namaku Shinta, lengkapnya Shinta Janati Mirawanti. Kini aku beranjak 20 tahun
dan saat ini aku sedang menjalani pendidikan di Universitas Gunadarma. Kalian
tahu Lupus? Ya, mungkin yang kalian tahu Lupus itu sejenis judul novel atau
judul film Indonesia. Tapi Lupus yang akan ku ceritakan bukanlah Lupus yang
seperti itu. Flashback sedikit ya, pada saat usiaku 15 tahun aku mengalami
pengalaman yang amat berharga dalam hidupku. Saat itu aku sedang mengalami masa
puber nya seorang anak yang berhijrah dari sekolah SMP ke SMA, aku diterima
disalah satu SMA Negeri di Jakarta tepatnya di SMA Negeri 27 Jakarta. Kegiatan
SMA ku bisa dibilang cukup sibuk, senin-jumat aku sekolah dari pukul 06.30
sampai 15.00 itu belum ditambah kegiatan ekstrakulikuler. Aku mengikuti
kegiatan ekstrakulikuler PMR.
Singkat
cerita karena kesibukan itu aku jadi sering pusing dan demam terutama di malam
hari. Ibuku setiap malam menjagaku hingga terlelap. Suatu ketika Ibuku bertanya
padaku, “Shinta kenapa akhir-akhir ini kamu kelihatan pucat dan sering demam,
kamu kecapekan ya”. Lalu aku menjawab, “engga kok mah engga pucat mungkin
perasaan mama aja”. Tapi kenyataannya hari demi hari wajah dan tubuhku semakin
pucat bahkan terlihat menguning seperti orang terkena Hepatitis. Setelah
bertahan beberapa minggu akhirnya Ibuku membawa ku ke dokter umum dekat rumah.
Ibu dokter yang memeriksa ku berkata, “Kok anaknya pucat sekali ya bu, coba
periksa darah di lab dulu ya nanti setelah lihat hasilnya baru saya bisa
memutuskan tindakan selanjutnya. Tetapi ada kemungkinan dirawat di rumah
sakit”. Aku yang mendengar ucapan dokter merasa kaget dalam pikiranku, “Hah
dirawat? Harus banget dirawat ya, berobat ke puskesmas atau dokter aja jarang
ini sekalinya ke dokter malah disuruh rawat inap”. Hati dan pikiranku seketika
kacau. Aku memikirkan sekolahku, mana pelajaran SMA susah nanti kalau
ketinggalan pelajaran bagaimana. Kemudian setelah dari dokter aku langsung ke
laboratorium terdekat untuk periksa darah seperti yang dianjurkan dokter.
Setelah nunggu 1 – 2 jam hasil lab nya
keluar dan aku langsung ke dokter lagi untuk menyerahkan hasilnya. Begitu
dokter membaca hasil lab itu beliau terheran – heran bagaimana bisa kadar
Hemoglobin ku menunjukkan angka yang sangat rendah hanya 4, padahal kadar
Hemoglobin yang normal sebesar 12. Saat itu juga bu dokter langsung menyarankan
agar aku dibawa ke rumah sakit secepatnya.
Setelah
dari dokter aku pulang sebentar untuk menyiapkan pakaian dan perlengkapan
lainnya untuk dibawa ke rumah sakit. Keesokan harinya aku dibawa ke rumah sakit
terdekat tepatnya Rumah Sakit Islam. Tidak lama masuk ruang UGD aku langsung
masuk ke ruang rawat inap. Aku ditangani oleh dokter spesialis penyakit dalam.
Sampai sekarang aku ingat betul namanya dr. Cospiadi Irawan. Keesokan harinya
Pak dokter memberikan sejumlah tes darah yang beruna untuk mendiagnosa
keadaaanku sebenarnya. Kira-kira seminggu kemudian hasil darah ku keluar dan
pak dokter segera membaca hasil lab tersebut. Hasil menunjukkan test ANA dan
Anti ds-DNA ku positif dan saat itu juga aku didiagnosa dokter mengidap LUPUS.
Aku bingung lupus itu jenis penyakit apa, kemudian aku mencari informasi dari
dokter dan internet. Makin kaget aku begitu tahu bahwa Lupus penyakit yang
cukup mengerikan. Berdasakan informasi yang aku peroleh, Lupus adalah suatu
penyakit yang disebabkan karena kelebihan sistem kekebalan tubuh (imunitas)
sehingga imunitas yang dimiliki penderita bukannya melindungi tubuh dari virus
yang menyerang tubuh justru malah menyerang sistem organ tubuh penderita.
Sistem organ tubuh yang diserang oleh lupus diantaranya, sistem peredaran
darah, ginjal, hati, kulit, persendian tulang dan masih banyak lagi. Dan yang
lebih mengejutkan belum ada obat yang dapat menyembuhkan Lupus, obat yang
dikonsumsi penderita hanya bersifat menekan pergerakan lupus itu agar lebih
tenang dan tidak menyerang organ tubuh. Lupus menyerang sistem peredaran darah
tubuhku lebih tepatnya menyerang sel darah merah sehingga kadar hemoglobin
tubuhku sangat rendah. Aku mengonsumsi obat Methyl Prednisolon, obat tersebut
memberikan efek samping moon face (wajah bulat) pada orang yang mengonsumsinya.
Karena Hemoglobin ku sangat rendah doker menyuruh ku melakukan transfusi darah
sebanyak 4 kantung darah. Tetapi karena golongan darahku AB sangat sulit
mendapatkan darah untukku sehingga aku hanya transfusi darah sebanyak 2 kantung
darah. Setelah 9 hari menjalani rawat inap aku memaksakan diri untuk pulang ke
rumah karena aku harus mengikuti UTS (Ujian Tengah Semester) di Sekolah. Tetapi
aku diharuskan menjalani rawat jalan setiap bulannya.
Satu
tahun kemudian keadaan mengharuskan ku kembali ke rumah sakit lagi. Berbeda
dengan sebelumnya, lupus menyerang persendian tulang ku. Persendian tulang
tangan dan kaki ku terasa kaku dan nyeri sampai sulit digerakkan. Yang kedua
kalinya aku dirawat selama 7 hari di rumah sakit yang sama. Setelah membaik aku
dokter memperbolehkan ku pulang. Hanya selang beberapa bulan aku harus ke rumah
sakit lagi, tetapi saat itu aku ke rumah sakit cipto mangunkusumo. Karena
kebetulan dokter Cospiadi yang menanganiku juga bertugas disana. Setelah
periksa darah kadar Hemoglobin ku hanya 6 dan saat itu juga dokter memutuskan
untuk transfusi darah. Aku transfusi sebanyak 2 kantung darah. Tetapi untungnya
aku tidak harus rawat inap, aku hanya transfusi darah sebentar kemudian langsung
pulang ke rumah lagi.
Aku
harus rutin berobat jalan ke rumah sakit setiap bulan. Hingga pada tahun 2012
keadaan ku jauh lebih membaik. Dan aku memutuskan sendiri untuk tidak berobat
lagi. Karena jujur saja aku capek dan jenuh kalau harus tiap bulan berobat ke
rumah sakit dan biaya berobat yang tidak sedikit juga cukup menambah beban
Ibuku. Bahkan aku tidak mau lagi mengonsumsi obat-obatan yang jumlahnya tidak
sedikit. Alhamdulillah tahun 2012 adalah tahun terakhir aku mengunjungi rumah
sakit. Sudah 3 tahun ini keadaan ku tidak pernah drop lagi.