Sahabat
Sejati
Hai
berjumpa lagi nih dengan aku. Kali ini aku ingin berbagi cerita tentang seorang
sahabat ku yang takkan pernah lekang oleh waktu. Semasa TK aku bersekolah di TK
Cempaka Wangi di Cempaka Putih Barat, saat itu usiaku 5 tahun. Aku memiliki
seorang kawan bermain yang seumuran denganku dan satu sekolah denganku, namanya
Vinita Eka Putri Dewi biasa disapa “aniet”. Selain teman sekolah dia juga
tinggal berdekatan denganku rumah kami hanya beda komplek saja. Aku ingat betul
sewaktu TK dulu kami sama-sama menyukai salah satu anak laki-laki di sekolah
kami. Lalu kami sempat berselisih karena hal itu. Lucu memang di usia yang
masih sangat belia kami bisa menyukai lawan jenis. Tetapi perasaan suka kami itu tidak
berlangsung lama. Setelah lulus dari TK aku dan aniet menjalani kehidupan kami
masing-masing.
Kami
masuk sekolah di SD yang berbeda. Aku lebih memilih sekolah negeri yaitu SD
Negeri Cempaka Putih Barat 01 Pagi,
sedangkan aniet melanjutkan sekolahnya di SD Cempaka Wangi. Karena tidak satu
sekolah semasa SD kami hanya beberapa kali bertemu. Selepas 6 tahun di SD kami
sama-sama lulus dan memilih SMP yang sama tepatnya di SMP Negeri 77 Jakarta.
Dari situlah kami mulai dekat lagi. Bahkan kami membentuk sebuah kelompok yang
biasa disebut geng yang beranggotakan 7 orang, geng tersebut bernama “The
Thinkers”. Nama tersebut diambil dari nama tokoh kartun peri kecil “Thinker Bell’.
Kami se-geng sering sekali bermain dan berkumpul. Aku dan aniet pun memilih
kegiatan ekstrakulikuler yang sama yaitu PMR. Hal itu membuat kami semakin
sering bertemu.
Ketika
malam kelulusan aku menginap di rumah aniet untuk melihat pengumuman kelulusan bersama-sama.
Dan faktanya aku dan aniet diterima di sekolah yang sama lagi, yaitu SMA Negeri
27 Jakarta. Padahal sewaktu SMP aku dan aniet sempat memiliki pikiran yang sama,
“ah pokoknya engga mau masuk SMA 27, sekolahannya kecil lapangannya jelek”.
Takdir berkata lain, kami malah diterima di sekolah itu. Saat SMA kami
melanjutkan ekstrakulikuler PMR lagi. Kami semakin sering bertemu. Bahkan
sewaktu kelas X aku dan aniet sama-sama sakit dan menjalani rawat inap di rumah
sakit yang sama di RS. Islam Jakarta. Tetapi pada kenaikan kelas XI aku dan
aniet mengambil jurusan yang berbeda. Aku memilih jurusan IPA dan aniet memilih
jurusan IPS. Kegiatan yang sibuk membuat kami lebih jarang bertemu tapi kami
masih sering bertemu ketika kegiatan ekstrakulikuler PMR.
Setelah
duduk di bangku kelas XII kami sama-sama lulus. Aku dan aniet memiliki pikiran
jelek lagi tentang sekolah yang akan kami pilih. Aku mengutarakan pikiran ku
pada aniet, “aniet, aku engga mau masuk gunadarma. Kedua abangku lulusan
gunadarma, kakak iparku lulusan gunadarma bahkan kakak-kakaknya kakak iparku
juga lulusan gunadarma masa aku gunadarma juga”. Dan aniet pun mengutarakan hal
yang sama, “iya aku juga engga mau masuk gunadarma, sepupu-sepupu ku juga kan
lulusan gunadarma aku mah ingin masuk negeri”. Tetapi lagi-lagi takdir berkata
lain, aku dan aniet harus menerima kenyataan bahwa kami tidak lulus jalur
SBMPTN dan akhirnya kami memilih universitas gunadarma. Tetapi kami memilih
jurusan yang berbeda. Aku memilih jurusan Sistem Informasi dan aniet memilih
jurusan Manajemen.
Lulusnya
aku dari SMA bersamaan dengan kepindahan ku dari Cempaka Putih. Aku harus ikut
Ibu dan Kakak-kakakku pindah rumah. Karena aku masuk gunadarma depok otomatis
aku harus pindah rumah ke depok. Sedih memang sudah tidak tinggal berdekatan
dengan sahabat kecilku. Sampai aniet berkata padaku, “shinta, harus banget ya kamu pindah rumah
jauh banget lagi pindahnya dari rumahku. Nanti kita jarang main bareng dong”.
Dan akupun menanggapinya, ”ya mau gimana lagi niet kenyataannya begitu. Aku
harus pindah supaya jarak rumah dengan kampus tidak jauh kan kamu tau sendiri
mama tidak memperbolehkan aku kost di depok. Kita masih bisa main kok kan masih
satu kampus”. Tetapi ada kabar yang membuatku gembira. Karena ternyata aniet
ngekost di dekat kampus E Universitas Gunadarma. Menurutnya jika setiap hari
kuliah dia harus melaju perjalan Depok-Cempaka Putih akan membuatnya sangat
lelah. Lalu aku berpikir, “kalo dia kost kan jadi dekat sama-sama di depok bisa
main bareng deh”.
Sekarang
aku dan aniet sama-sama duduk di semester 5. Kami masih sering berkomunikasi
dan jika ada jadwal kuliah yang kosong kami menyempatkan diri untuk bertemu
sekedar melepas rindu. Aniet sudah beberapa kali main ke rumah baruku di depok.
Aku juga masih sering berkunjung ke rumahnya di Cempaka Putih dan beberapa kali
aku main ke kost dia yang sangat dekat dengan kampus. Aku dan aniet sama-sama
tidak menyangka bisa bersahabat sejauh ini, 15 tahun sudah kami saling mengenal
dan saling melengkapi satu sama lain. Banyak tangis, canda dan tawa yang
terlontar dari masing-masing diantara kami. Teruntuk sahabatku aniet, aku hanya
dapat berkata, “Ku mohon bagaimanapun kondisiku jangan pernah menjauh dariku
jangan pernah pergi dari hidupku. Tidak peduli aku dan kamu sama-sama memiliki
banyak teman baru dan kesibukan membuat kita jarang bertemu ku pastikan namamu
memiliki tempat khusus di hatiku”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar