Minggu, 25 Oktober 2015

Softskill tugas individu 5

Sahabat Sejati 


Hai berjumpa lagi nih dengan aku. Kali ini aku ingin berbagi cerita tentang seorang sahabat ku yang takkan pernah lekang oleh waktu. Semasa TK aku bersekolah di TK Cempaka Wangi di Cempaka Putih Barat, saat itu usiaku 5 tahun. Aku memiliki seorang kawan bermain yang seumuran denganku dan satu sekolah denganku, namanya Vinita Eka Putri Dewi biasa disapa “aniet”. Selain teman sekolah dia juga tinggal berdekatan denganku rumah kami hanya beda komplek saja. Aku ingat betul sewaktu TK dulu kami sama-sama menyukai salah satu anak laki-laki di sekolah kami. Lalu kami sempat berselisih karena hal itu. Lucu memang di usia yang masih sangat belia kami bisa menyukai lawan jenis.  Tetapi perasaan suka kami itu tidak berlangsung lama. Setelah lulus dari TK aku dan aniet menjalani kehidupan kami masing-masing.
Kami masuk sekolah di SD yang berbeda. Aku lebih memilih sekolah negeri yaitu SD Negeri Cempaka Putih Barat 01  Pagi, sedangkan aniet melanjutkan sekolahnya di SD Cempaka Wangi. Karena tidak satu sekolah semasa SD kami hanya beberapa kali bertemu. Selepas 6 tahun di SD kami sama-sama lulus dan memilih SMP yang sama tepatnya di SMP Negeri 77 Jakarta. Dari situlah kami mulai dekat lagi. Bahkan kami membentuk sebuah kelompok yang biasa disebut geng yang beranggotakan 7 orang, geng tersebut bernama “The Thinkers”. Nama tersebut diambil dari nama tokoh kartun peri kecil “Thinker Bell’. Kami se-geng sering sekali bermain dan berkumpul. Aku dan aniet pun memilih kegiatan ekstrakulikuler yang sama yaitu PMR. Hal itu membuat kami semakin sering bertemu.
Ketika malam kelulusan aku menginap di rumah aniet untuk melihat pengumuman kelulusan bersama-sama. Dan faktanya aku dan aniet diterima di sekolah yang sama lagi, yaitu SMA Negeri 27 Jakarta. Padahal sewaktu SMP aku dan aniet sempat memiliki pikiran yang sama, “ah pokoknya engga mau masuk SMA 27, sekolahannya kecil lapangannya jelek”. Takdir berkata lain, kami malah diterima di sekolah itu. Saat SMA kami melanjutkan ekstrakulikuler PMR lagi. Kami semakin sering bertemu. Bahkan sewaktu kelas X aku dan aniet sama-sama sakit dan menjalani rawat inap di rumah sakit yang sama di RS. Islam Jakarta. Tetapi pada kenaikan kelas XI aku dan aniet mengambil jurusan yang berbeda. Aku memilih jurusan IPA dan aniet memilih jurusan IPS. Kegiatan yang sibuk membuat kami lebih jarang bertemu tapi kami masih sering bertemu ketika kegiatan ekstrakulikuler PMR.
Setelah duduk di bangku kelas XII kami sama-sama lulus. Aku dan aniet memiliki pikiran jelek lagi tentang sekolah yang akan kami pilih. Aku mengutarakan pikiran ku pada aniet, “aniet, aku engga mau masuk gunadarma. Kedua abangku lulusan gunadarma, kakak iparku lulusan gunadarma bahkan kakak-kakaknya kakak iparku juga lulusan gunadarma masa aku gunadarma juga”. Dan aniet pun mengutarakan hal yang sama, “iya aku juga engga mau masuk gunadarma, sepupu-sepupu ku juga kan lulusan gunadarma aku mah ingin masuk negeri”. Tetapi lagi-lagi takdir berkata lain, aku dan aniet harus menerima kenyataan bahwa kami tidak lulus jalur SBMPTN dan akhirnya kami memilih universitas gunadarma. Tetapi kami memilih jurusan yang berbeda. Aku memilih jurusan Sistem Informasi dan aniet memilih jurusan Manajemen.
Lulusnya aku dari SMA bersamaan dengan kepindahan ku dari Cempaka Putih. Aku harus ikut Ibu dan Kakak-kakakku pindah rumah. Karena aku masuk gunadarma depok otomatis aku harus pindah rumah ke depok. Sedih memang sudah tidak tinggal berdekatan dengan sahabat kecilku. Sampai aniet berkata padaku,  “shinta, harus banget ya kamu pindah rumah jauh banget lagi pindahnya dari rumahku. Nanti kita jarang main bareng dong”. Dan akupun menanggapinya, ”ya mau gimana lagi niet kenyataannya begitu. Aku harus pindah supaya jarak rumah dengan kampus tidak jauh kan kamu tau sendiri mama tidak memperbolehkan aku kost di depok. Kita masih bisa main kok kan masih satu kampus”. Tetapi ada kabar yang membuatku gembira. Karena ternyata aniet ngekost di dekat kampus E Universitas Gunadarma. Menurutnya jika setiap hari kuliah dia harus melaju perjalan Depok-Cempaka Putih akan membuatnya sangat lelah. Lalu aku berpikir, “kalo dia kost kan jadi dekat sama-sama di depok bisa main bareng deh”.

Sekarang aku dan aniet sama-sama duduk di semester 5. Kami masih sering berkomunikasi dan jika ada jadwal kuliah yang kosong kami menyempatkan diri untuk bertemu sekedar melepas rindu. Aniet sudah beberapa kali main ke rumah baruku di depok. Aku juga masih sering berkunjung ke rumahnya di Cempaka Putih dan beberapa kali aku main ke kost dia yang sangat dekat dengan kampus. Aku dan aniet sama-sama tidak menyangka bisa bersahabat sejauh ini, 15 tahun sudah kami saling mengenal dan saling melengkapi satu sama lain. Banyak tangis, canda dan tawa yang terlontar dari masing-masing diantara kami. Teruntuk sahabatku aniet, aku hanya dapat berkata, “Ku mohon bagaimanapun kondisiku jangan pernah menjauh dariku jangan pernah pergi dari hidupku. Tidak peduli aku dan kamu sama-sama memiliki banyak teman baru dan kesibukan membuat kita jarang bertemu ku pastikan namamu memiliki tempat khusus di hatiku”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar